Ketika mendaki tangga karir di sebuah organisasi, terkadang kita
merasa sudah berada di ambang batas karir. Yang kemudian menjadi pertanyaan
apakah kita memang sudah berada di puncak karir (career plateau) dan
harus berpuas diri karena disitulah batas kemampuan kita? Ataukah batasan itu
hanyalah sekedar langit-langit kaca, yang dapat kita pecah kan agar kita dapat
naik lebih tinggi lagi? Camkan dan renungkan!
Pernahkan Anda mendengar cerita tentang gajah dan pawangnya? Seekor gajah yang dipelihara sejak kecil diikat dengan rantai besi, sehingga dia hanya dapat bergerak di area sebatas panjang rantai. Pada suatu saat ketika rantai itu digantikan oleh tali jerami yang berukuran sedang, tetap saja gajah itu tidak begerak lebih luas. Padahal jika dia mau, dia dapat menarik tali itu hingga putus. Sang Gajah telah terpasung oleh pola pikirnya, dan terikat oleh dogma bahwa tali yang mengikatnya sangat kuat dan dia tidak boleh bergerak leluasa menuju ruang yang lebih luas.
Pernahkan Anda mendengar cerita tentang gajah dan pawangnya? Seekor gajah yang dipelihara sejak kecil diikat dengan rantai besi, sehingga dia hanya dapat bergerak di area sebatas panjang rantai. Pada suatu saat ketika rantai itu digantikan oleh tali jerami yang berukuran sedang, tetap saja gajah itu tidak begerak lebih luas. Padahal jika dia mau, dia dapat menarik tali itu hingga putus. Sang Gajah telah terpasung oleh pola pikirnya, dan terikat oleh dogma bahwa tali yang mengikatnya sangat kuat dan dia tidak boleh bergerak leluasa menuju ruang yang lebih luas.
Bagaimanakah jika melihat diri Anda, apakah Anda menderita sindrom
seperti yang dialami Sang Gajah ? Apakah Anda terbelenggu oleh dogma ”sampai
disinilah batas kemampuan saya?” Anda harus meretas belenggu ini, dan ubahlah
jalan hidup Anda.
Keberhasilan karir bermuara pada perjuangan dan barangkali sedikit
nasib baik. Kita tidak dapat menunggu nasib baik menghampiri kita. Berkata
mengenai perasaan ’kontrol atas nasib’ Stevenson merumuskan teori menjadi dua
kutub. Kutub pertama disebutnya sebagai promoter. Ini adal ah ciri
wiraswastawan yang terus mengejar kesempatan, yang tidak peduli apakah modalnya
cekak atau berlebih. Sebaliknya ada kutub trustee yang menghitung dahulu
”modalnya’ baru kemudian bertindak sesuai bekal dengan yang dimiliki. Masuk ke
dalam tipe manakah Anda?
Terlepas dari tipe yang mana, kita harus memberdayakan diri
sedemikian rupa untuk melepas belenggu nasib. Lakukan perubahan pada diri
sebagai sarana pemberdayaan diri. Kita harus menyadari kekuatan dan kelemahan
diri untuk menumbuh kembangkan keinginan merubah citra diri yang negatif, dan
mengembangkan konsep diri yang lebih positif.
Konsep diri, ungkap Maxwell Matz adalah blue print kita
dalam bertindak. Dengan memperbaiki cara pandang terhadap diri, keyakinan diri
akan tumbuh, dan tindakan akan mengikuti konsep diri yang telah berub ah
menjadi positif.
Jika Anda mendaki gunung, apakah yang paling Anda perlukan? Bekal
makanan, peralatan, atau keterampilan? Tentu semuanya penting, tapi yang paling
penting, apa yang menjadi alasan mendaki gunung. Jika alasan mendaki gunung
hanya sekedar untuk coba-coba, sedikit saja mengalami rintangan, maka
perjalanan tidak akan dilanjutkan. Pendakian pun berlangsung santai, dan tidak
ngotot untuk sampai ke puncak dengan cepat.
Lain lagi jika alasan mendaki gunung itu adalah untuk mengukir
prestasi. Apakah menjadi orang yang pertama mencapai puncak gunung itu, atau
meraih waktu pendakian tercepat. Maka pendakian gunung itu akan dipersiapkan
dengan matang, direncanakan dengan penuh semangat. Juga tidak mudah menyer ah
terhadap tantangan dan rintangan yang ditemui.
Mendaki gunung memang dapat didorong oleh bermacam alasan.
Misalnya dilakukan oleh para pengungsi untuk menghindari bencana alam. Para
pendaki gunung yang didorong oleh rasa takut dan cemas ini juga mempunyai
semangat yang tinggi, Mereka akan mendaki gunung dengan secepat mungkin, dengan
energi yang luar biasa besar untuk segera mencapai daerah yang dianggapnya
aman. Walaupun tujuannya pertama kali adal ah mendaki sampai puncak gunung,
ketika mereka sudah menemukan tempat yang dirasakan aman, mereka akan
”berkompromi” dengan tujuan yang ditetapkan semula.
Penyebab seseorang mendaki gunung inilah yang disebut sebagai
motif. Pada kisah yang pertama motifnya adalah coba-coba. Tujuannya mendaki
gunung. Pada motif yang hanya coba-coba, pendakian tidak dilakukan dengan
serius, semangat ala kadarnya, dan segera kembali jika menghadapi rintangan.
Atau dengan kata lain motivasinya rendah .
Pada kisah yang kedua, motifnya adalah untuk mengukir prestasi.
Walaupun tujuannya sama, yaitu puncak gunung, tapi persiapannya dilakukan
dengan matang, pelaksanaannya dilakukan dengan cermat dan penuh semangat, dan
tidak menyer ah . Dengan kata lain motivasinya tergolong tinggi.
Pada kisah ketiga, motifnya adalah mencari rasa aman. Walaupun
tujuannya ke puncak gunung, jika dia menemukan tempat yang aman, dia akan
berhenti dan tidak melanjutkan perjalanannya ke puncak gunung. Dengan kata lain
motivasinya cukup tinggi untuk mendapatkan rasa aman. Tetapi ketika rasa aman
itu sud ah didapat, motivasinya tidak tinggi lagi. Mereka adal ah para survivor.
Jika motifnya untuk mengukir prestasi, maka kegiatan dilaksanakan
secara terencana, semangat tinggi, dan sikap tidak mud ah menyer ah sampai
tujuannya tercapai yang dapat kita sebut sebagai achiever.
Berkaitan dengan pencapaian karir, acap dalam mendaki tangga karir
dilandasi oleh beberapa motif sekaligus, tidak hanya motif tunggal. Seseorang
terdorong untuk mencapai suatu posisi dilandasi oleh motif mencapai prestasi,
memenuhi rasa aman dan penghargaan dari lingkungan. Namun diantara berbagai
motif itu, terdapat motif yang paling dominan yang melandasi seseorang dalam
mendaki tangga karir.
Nah , motif apakah yang dominan dalam diri Anda ketika mencapai
karir? Jika Anda seorang achiever sudah waktunya bagi Anda untuk
melintasi batas karir. Anda harus memutuskan bagaimana mendaki karir lebih
tinggi. Jika di tempat sekarang tak tersedia, Anda boleh mempertimbangkan
tempat lain yang kesempatannya masih terbuka.
Sumber
: Jakarta Consulting Group
No comments:
Post a Comment
Mohon berkomentar sesuai dengan artikel yang ada. Komentar yang berisi link yang menuju ke sebuah halaman dan mengarah ke tindakan spam akan di hapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.